Semua Bisa Jadi Pengusaha


Tema ini saya angkat mengingat begitu besarnya impian saya untuk menjadi Pengusaha sukses. Berbicara perihal menjadi Pengusaha saya ingat waktu saya masih kerja di Perusahaan orang lain, waktu itu saya mengajukan permohonan diri untuk resign kerja.

Kemudian direktur perusahaan tersebut mengajukan beberapa pertanyaan: Direktur : Kenapa kamu mau resign? Denger-denger kamu mau jadi bisnisman ya?
Saya : Iya bu
Direktur : Keluarga kamu ada yang jadi pengusaha?
Saya : Tidak ada bu
Direktur : Wah berani-berani kamu mau terjun ke dunia bisnis, kan kamu tidak ada keturunan pengusaha, saya saja yang keturunan pengusaha lebih nyaman jadi karyawan karena orang tua saya punya pengalaman pahit dalam dunia bisnis
Saya : untuk argument Direktur kali ini, saya cuman diam sambil meyakinkan hati “Tenang, kan ada Allah SWT. Kenapa harus takut, tinggal minta pertolongan sama Allah SWT dan sering-sering meeting dengan Allah SWT”

Singkat cerita Direktur mengijinkan saya untuk resign. Argument terakhir dalam percakapan dengan Direktur sepertinya itu dilatar belakangi mitos, jaman dulu ada mitos kalo mau jadi pengusaha mesti punya modal besar atau mesti punya “darah” pengusaha, sekarang udah gak berlaku kayanya. Coba kita telaah kata dasar dari “pengusaha” yaitu “usaha” berarti intinya semua orang yang mau jadi pengusaha bisa aja, asal banyakin usahanya gak pake TAPI ataupun NANTI.

Ada di antara kita sangat ingin mandiri, menjalankan bisnis sendiri, tapi tak juga mulai karena satu alasan, tidak punya modal (modal uang), padahal sesungguhnya modal yang paling utama ialah kredibilitas dan kejujuran kita serta ide bisnis yang cermerlang, karena dengan begitu akan banyak orang yang memberikan bantuan modal uang dengan berbagai bentuk jenis kerjasama antara pemilik modal uang dan yang memiliki ide beserta konsep yang matang. Kenapa saya mengatakan modal uang, karena ini untuk menegaskan bahwasannya ide dan konsep itu sebenarnya juga modal.

Ada pula yang sudah punya bisnis, tapi begitu-begitu aja, inovasi tidak kunjung muncul, lambat laun omset pun mulai berkurang. Bahkan, akhirnya terpaksa tutup.

Banyak diantara kita yang melalui jalan terjal seperti cerita di atas. Beberapa kemudian sukses melewatinya, yakni mereka yang menjadikan keyakinan dan doa sebagai modalnya, shalat jamaah sebagai penjagaan bisnisnya dan yang setiap ikhtiar bisnisnya bersandar pada Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Kalimat ini saya kutip dari ceramah Ust. Yusuf Mansyur.

Untuk melengkapi artikel ini, ada 10 yang perlu kita perhatikan, khususnya dalam membangun usaha baru (Dikutip dari buku: kewirausahaan karya Dr. Suryana, M.si) :
1. Knowing your business, intinya tau tujuannya. Mau buka usaha apa? Ini sama aja kaya orang naik kendaraan, harus tau kita mau kemana? Kalo Cuma mau muter-muter jakarta saja kan sayang bensinnya, tentukan dari sekarang bisnis kita apa dan ingat harus fokus.

2. Knowing the basic business management, nah kalo sudah tau mau berbisnis apa, kita juga harus tau bagaimana dasar-dasar pengelolaan bisnis itu sendiri, seperti: alasan mengapa kita memilih usaha tersebut? target sasaran pasar siapa dan bagaimana cara memasarkannya?

3. Having the proper attitude, secara kita sudah mengambil keputusan sebagai pengusaha tandanya kita harus punya sikap selayaknya seorang pengusaha “pantang menyerah” kalau terjatuh coba bangun dan mau terus menerus berusaha dan berinovasi. Pengusaha itu hanya modal dengkul (maksudnya, banyakin berlutut untuk berdoa dan dengkul untuk action). Saya kutip dari ceramah Ust. Yusuf Mansyur yang berisi “DREAM-PRAY-ACTION ”.

4. Having adequate capital, intinya modal. Modal utama dari pengusana adalah “aksinya” aja dulu. Kadang usaha tidak perlu menggunakan uang banyak, atau malah tidak memakai uang sama sekali. Bisa kita ambil contoh dropshiper atau reseller.

5. Managing finance effectively, nah ini yang kadang kita susah dalam hal pengaturan uang. Intinya dalam mengatur uang jangan di gabung antara uang pribadi dan uang usaha, nanti kebingunagn sendiri. Khususnya bagi kita pebisnis awal harus mencatat pengeluaran sekecil apapun walau hanya 1 rupiah.

6. Managing time efficiently, kali ini adalah bagian dalam mengatur waktu.

7. Managing peolpe, ini untuk yang usahanya sudah berjalan cukup besar, karena sudah memiliki karyawan. Sebenarnya karyawan itu bukan “pekerja” semata, tapi karyawan juga merukapan “costumer internal”, karyawan juga sebenarnya pelanggan kita, sehingga mereka perlu kita layani dengan baik juga segala kebutuhannya. Jangan samapai gara-gara kita menganggap “pekerja” adalah bawahan kita, kita bisa seenak jidat, nanti ketika karyawan kita berhenti kita sendiri yang kewalahan.

8. Satisfying customer by providing high quality product, kasih kesan yang terbaik untuk semua pelanggan kita, selain dari pelayanan, dari kualitas barang yang kita berikan. Kalo mau pelanggan “repeat order”.

9. Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Kadang kompetitor kita bisa menjadi guru yang terbaik untuk usaha kita. Istilahnya ATM (amati tiru modifikasi). Perlu kita garis bawahi dan ini amat sangat penting, jangan pernah mengganggap orang yang punya jenis usaha sama dengan kita itu sebagai pesaing, justru jadikan mereka sebagai mitra, saudara, dan teman bisnis. Kalau ternyata usaha mereka lagi maju, sikap yang harus kita tanamkan ialah segera berucap “Alhamdulillah, usahanya dia lagi maju, Allah memang adil dalam menjatah rejeki umat-Nya, semoga usahanya dia terus maju supaya keluarganya hidup sejahtera”. Itu baru mental Pengusaha yang religi. Ingat juga doa kita kepada orang lain itu sejatinya juga berdampak ke kehidupan kita lo,,,,, jadi berdoalah yang baik-baik.

10. Copying with regulations and paperwork, ini kalo usaha yang memiliki reseller. Harus memiliki ketentuan, seperti contoh ada harga atas dan ada harga bawah yang telah disepakati (biar tidak terjadi ketimpangan harga) atau semacam SOP. (zonapengusaha.com)

➖➖➖➖➖➖➖➖
SUMBER:
PENGUSAHA KAMPUS

0 comments:

sahwani SITE dalam penyempurnaan